• Keuangan
    • Mendapatkan pendanaan

Panduan Lengkap Manajemen Likuiditas yang Efektif untuk Pebisnis di Indonesia

  • Artikel

Bisnis yang sukses tidak hanya mengandalkan kemampuan mencetak pertumbuhan secara konsisten. Manajemen likuiditas yang efektif juga dibutuhkan sebagai kunci penting yang perlu dimiliki agar perusahaan siap menghadapi berbagai tantangan di depan.

Apa yang dimaksud dengan manajemen likuiditas?

Manajemen likuiditas yang baik dapat membantu sebuah bisnis agar selalu bisa memenuhi berbagai kewajiban mulai dari pembayaran cicilan utang, pembayaran gaji karyawan serta berinvestasi untuk mendukung pertumbuhan. Pengelolaan likuiditas yang tepat juga dibutuhkan agar perusahaan bisa selalu beradaptasi terhadap perubahan model bisnis, kondisi pasar juga regulasi yang berlaku.

Bagaimana cara mengelola likuiditas perusahaan?

Berikut ini adalah panduan penting bagi pelaku bisnis di Indonesia agar pengelolaan likuiditas berjalan efektif:

  1. Miliki prakiraan arus kas

    Untuk bisa mengelola likuiditas secara efektif, Anda perlu mengetahui perkiraan arus kas bisnis Anda. Pelajari data historis arus kas bisnis Anda, kumpulkan informasi struktur aset atau dana, data transaksi dan kewajiban, lalu buatlah proyeksi arus kas ke depan dari sana. Dengan langkah ini, keputusan-keputusan keuangan bisa diambil lebih tepat karena Anda mengetahui secara akurat kondisi arus kas bisnis dari waktu ke waktu.

  2. Evaluasi pengeluaran

    Manajemen likuiditas yang sehat menerapkan kebijakan pengeluaran yang terencana dan cermat. Kaji ulang pos-pos pengeluaran yang bisa Anda pangkas tanpa harus menimbulkan dampak terhadap pertumbuhan bisnis.

  3. Lakukan diversifikasi

    Risiko likuiditas seringkali muncul akibat ketidaksesuaian antara aset yang dimiliki dengan kewajiban yang jatuh tempo. Perlu ada diversifikasi akses ke berbagai teknik pendanaan mandiri, giro, deposito juga investasi yang disesuaikan dengan profil kewajiban usaha. Dengan begitu, kesenjangan bisa dikurangi dan risiko likuiditas dapat ditekan.

  4. Optimalisasi modal kerja

    Kondisi likuiditas yang memadai dapat Anda upayakan melalui optimalisasi modal kerja. Caranya antara lain dengan mengurangi tingkat inventori, meningkatkan penagihan utang juga dengan memperpanjang tenor pembayaran tagihan. Langkah-langkah itu dapat membantu bisnis Anda bisa menghasilkan lebih banyak uang, menekan biaya dan membantu menciptakan likuiditas yang memadai.

  5. Bangun komunikasi dengan kreditur

    Risiko likuiditas muncul ketika kewajiban jatuh tempo tetapi tidak diikuti oleh ketersediaan dana yang memadai untuk membayar. Penting bagi Anda membangun komunikasi yang baik dengan kreditur agar mereka mengetahui kondisi keuangan bisnis Anda. Sehingga di saat ada tantangan berat yang membebani berjalannya bisnis seperti saat pandemi Covid-19, kreditur bisa memahami dan menawarkan solusi yang tepat.

  6. Menyeimbangkan struktur

    Manajemen likuiditas bisa efektif dijalankan dengan menjaga struktur dan jangka waktu antara aset dan kewajiban secara seimbang. Memperpanjang jatuh tempo kewajiban agar sesuai dengan profil aset bisa ditempuh. Anda juga bisa menimbang solusi likuiditas lain untuk berjaga-jaga melalui opsi pinjaman bank, investasi di aset ekuitas atau opsi refinancing.

Perbedaan dengan manajemen likuiditas bank syariah

  1. Akad

    Perbedaan mendasar antara pengelolaan likuiditas di bank konvensional dan bank syariah adalah pada akad yang digunakan ketika melakukan kontrak dengan nasabah.

    Dalam manajemen likuiditas syariah, akad yang digunakan adalah akad wadiah. Akad ini menjadi dasar kesepakatan antara bank dengan nasabah di mana nasabah menitipkan dana yang harus dijaga oleh bank dan bisa dikembalikan setiap saat ketika nasabah menghendaki.

  2. Alat Likuid

    Dalam manajemen likuiditas bank syariah, alat likuid yang digunakan adalah instrumen-instrumen di Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) yang diikat dengan akad wadiah. Lalu, ada juga Sertifikat Mudaharabah antar bank syariah (SIMA) dan Surat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).

    Sedangkan bank konvensional biasanya memakai instrumen alat likuid di pasar uang antar bank konvensional (PUAB), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Deposito.

  3. Cara perolehan dana likuid

    Bank syariah memiliki tujuan yang sama dalam pengelolaan likuiditas yaitu agar dapat memberikan keyakinan pada nasabah penyimpan dana bahwa mereka bisa menarik dana sewaktu-waktu atau saat jatuh tempo.

    Pada saat yang sama, likuiditas perlu disalurkan agar tetap produktif dan membantu bank mendapatkan keuntungan. Pada bank syariah, yang terpenting adalah perihal cara perolehan dana yang harus sesuai dengan prinsip syariah. Misalnya, untuk deposito atau simpanan berjangka juga giro adalah berdasarkan akad

Kelebihan dari manajemen likuiditas yang efektif

Dengan manajemen likuiditas yang efektif, pelaku bisnis bisa mengurangi paparan risiko yang berdampak terhadap keberlangsungan usaha, terutama ketika datang masa ekonomi yang sulit seperti saat pandemi Covid-19 merebak.

Risiko likuiditas bisa Anda hindari dengan menempuh enam langkah di atas. Anda juga dapat menimbang solusi likuiditas dari HSBC yang bisa membantu bisnis mengelola likuiditas secara efektif sehingga terhindar dari risiko likuiditas di masa mendatang.

Cash Flow Forecasing Tool: Solusi likuiditas dari HSBC

Adalah solusi online dan terpadu yang membantu bisnis Anda mengelola risiko likuiditas melalui peningkatan akurasi dan kualitas prakiraan arus kas.

Berdasarkan informasi dari struktur dana tunai, rekening bank dan data transaksi, Anda dapat memiliki prakiraan arus kas lebih akurat yang bisa membantu keputusan bisnis lebih tepat. Bisnis Anda juga dapat mengantisipasi kebutuhan kas, modal kerja dan likuiditas ke depan, membantu penganggaran efektif dan mendukung pelaporan yang efisien pada pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal.

Hubungi tim kami untuk mendapatkan saran dan dukungan lebih lanjut mengenai solusi likuiditas dari HSBC, Cash Flow Forecasting Tool.

HSBC Contact

Hubungi kami

Bicara, telepon atau buat perjanjian